Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2013

biarkan kertas itu tetap kosong

Entahlah, berhadapan dengan kertas kosong selama lebih dari satu jam selalu membuatku frustasi. Ada begitu banyak hal yang ingin segera ku pahat diatas sebidang kertas ini. Kata demi kata tumpang tindih berusaha mencuri perhatianku, tampil menawarkan diri untuk menjadi yang terpilih sebagai awal dari segala rasa yang sedari tadi mendesak, melesak dalam hatiku, mencipta debar yang tak asing.. debar yang sangat ku kenali tiap saat berhadapan dengan kertas kosong, seperti saat ini. Namun aku tetap merasa hampa. Hampa yang tak biasa. Hampa yang sering ku hadapi namun kini terasa berbeda. Lebih sakit, lebih membuatku luka. Tak ada satu hal pun yang lebih membuatku putus asa selain dihadapkan pada kehampaan putihnya kertas dihadapanku ini. Tak ada keinginan untuk membuka suara dengan lawan bicara, tak ada keinginan untuk berbagi cerita pada siapa saja. Aku memilih sendiri, menepi sejenak dari keramaian yang kian membuat dadaku sesak. Menyepi dari pekik hari-hari yang kian mencekik tubuh

Resep: udang pedas manis

Yang namanya udang itu yaa.. masih idup aja kelihataannya enak, apalagi yang udah dimasak :) Nah, ini salahsatu cara mengolah udang yang lumayan praktis, nggak ribet, tapi rasanya enak. Bisa dicoba buat para pecinta udang olahan seperti saya hahaaha :D UDANG PEDAS MANIS  ala  Inaz :) Bahan-bahan: Udang segar 1/4kg –kupas kulitnya 3 siung bawang putih 3 siung bawang merah 2 buah cabai merah besar 2 buah cabai rawit asam jawa secukupnya –larutkan dalam 5 sendok air 1cm laos , memarkan Gula merah secukupnya garam + penyedap secukupnya Cara membuat: panaskan wajan dengan api sedang, kemudian goreng udang yang telah dikupas dengan sedikit minyak. Angkat setelah berwarna sedikit kemerahan. haluskan semua bahan (selain udang) kemudian goreng sampai harum. Tambahkan larutan asam jawa dan garam serta penyedap secukupnya. terakhir masukkan udang yang telah digoreng setengah matang. aduk sampai merata dan tunggu sampai bumbunya mer

Insomnia

Aku t’lah terbiasa babak belur dihantam sepinya hari-hari  Dan yang dapat mengobati sakitnya hanya dengan tidur sejenak, walaupun saat bangun nyeri disekujur hatiku kambuh lagi. Mungkin hatiku sekarang telah biru dan membusuk karena terlalu lama menahan sakit. Sudah sekian hari aku lupa caranya tidur, aku lupa bagaimana memejamkan mata. Aku lupa caranya mengantuk.. Atau malah rasa kantuk itu yang telah melupakanku? Entah. Insomnia mulai ku persalahkan sebagai akar kegamanganku. Malam kian pudar, sepi kian samar, dan aku tetap menatap langit-langit putih kamarku yang penuh dengan aneka gambar ingatan yang perlahan usang oleh waktu. Ku buka catatan harianku. Baru beberapa jam tadi aku menulis betapa sakitnya hatiku, dan kini semakin sakit rasanya saat ku baca lagi. Seperti memutar kembali detik-detik saat hati ini benar2 tengah kambuh sakitnya. Aku ingin minum obat. Tapi obat yang mana lagi yang dapat membuatku lupa akan sakitku? Saki

Yang Tertinggal

Atas nama ketidakcocokan kau memilih pergi Meninggalkan separuh ruang yang tak lagi berpenghuni Sebelah cintaku kau bawa lari, Sebelahnya lagi beranjak menuju mati Dan yang tinggal hanyalah debar ini, Debar ini amarah yang membuncah bersama bayangmu yang pecah di ambang kelopak mataku Aku memejam dan tarianmu kian nyalang meliuk-liuk jalang. Debar ini benci yang mengunci tiap aksara cinta yang pernah terpatri dalam tiap catatan demi ingatan. Debar ini tak lagi rindu yang dulu seperti saat waktu-waktu bersamamu selalu berwarna ungu, kini tinggal abu-abu Atas nama rasa yang t’lah hilang kau memilih pergi Tinggalkan anak cintamu yang beranjak dewasa dalam dadaku Dan yang tersisa tinggalah hujan, Hujan ini terasa hangat ketika malam-malam ku terbangun, dan kau tiada. Hujan ini mengalir deras dari hulu mataku Menuju hilir ingatan yg kian usang sejak kepergianmu Debar ini kian menuju mati hujan ini kian terasa tajam bak belati dan k