Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2012

Melody Do'a Pada Teduhnya Subuh

Sunyi pun pecah oleh segerombolan suara yang mengalun merdu melalui corong-corong menara masjid. Mengantarkan amanat dari Tuhan mereka untuk mensegerakan bersuci dan mengahadap pada-NYA, Sang Penguasa Subuh. Allah.. Engkau Yang Maha Baik.. Kau berikan ketenangan di tiap-tiap subuh-MU yang teduh. Luka hati pun terbasuh. Peluh dan daki hati segalanya luruh, diujung sajadah yang basah oleh sisa-sisa tetes air wudhu yang tumpah. Bersama semua nama baik yang melekat pada-MU, lirih kuucapkan segala asa yang membumbung di ubun-ubunku. Kepada-Mu yang telah menciptakan aku, kusandarkan sejenak duka lara yang menggelayuti hati, lelah aku dengan gelisah ini.. letih aku dengan gundah yang selalu membuncah ini. Ya Rahiiim... Engkau yang Maha Mendengar setiap letup suara hatiku, aku sungguh berlindung pada-Mu dari rasa yang tak Kau suka. Dari Cinta yang bukan milik-Mu. Dari kotornya hati yang senantiasa ingin menjauhi-Mu. Jadikan aku selalu lekat mengingat-Mu dalam setiap hela nafas yang ber

Cinta?

Kalau cinta bilang cinta Kalau tak suka tinggalkan saja Semudah kau datang, Semudah itu pula ku bolehkan kau hilang Bosan aku dengan permainan ini Cinta bukan permainan tapi kenapa selalu kau yang menang? Tentang hati yang mati-matian kau curi:dulu Tentang hati yang kau buang sesuka hati:kini Begitukah cinta dimatamu? Atau sejak awal kita t’lah salah dalam mengartikan cinta? Cinta itu apa sih? Cinta itu kotoran hati Cinta itu tai Cinta itu sakit hati Cinta itu warna Warna hitam Jika putih adalah sisi baik, Kapan hitam menjadi putih? Cinta itu pembodohan Orang bodoh yang bercinta Maka aku, yang kusebut adalah aku Cinta itu rasa Rasa sakit Sakit yang menggigit Cinta itu kasih sayang Diawal? Iya, lihat yang terjadi diakhir cerita.. Cinta itu saling menjaga -demi sebuah kepentingan- Cinta itu lara Sakitnya tiada tara Cinta itu kamu Cinta itu aku Aku dan kamu yang salah mengartikan cinta

Senja..

Senja kali ini masih sama teduhnya seperti senja diwaktu-waktu yang lalu. Masih setia memayungi dahiku yang berkerut, setelah seharian mengais asa diantara puing-puing mimpi yang berserak dihempas angin ribut subuh tadi. Peluh mengucur deras namun aku tak perduli. Pendar jingga dibatas cakrawala itu menentramkan hatiku, entah bagaimana. Satu waktu yang kunanti diantara sekian lamanya waktu, ialah senja ini. Aku melihatmu pada senja. Karena pada hangat sinarnya kurasakan lembut tanganmu mengusap peluhku. Pada senja aku merasakan hadir-NYA dengan lebih nyata. Letupan kecil dalam hatiku berkata tentang ketidak-sabarannya menanti datangya senja. Layaknya bocah kecil yang mondar-mandir didepan pintu menanti kedatangan ayahnya yang seharian pergi bekerja, kalau-kalau ada sebingkis oleh-oleh untuknya. Senja adalah Ayah bagiku, yang membuatku merasa aman. Senja kadang terdengar seperti kidung puja-puji, yang menentramkan relung jiwa yang senantiasa memberontak, haus akan kasi

Hanya Do'a

Ya Allah, ku mohonkan untuk tubuh-tubuh titipan-Mu yang sedang kau uji dengan sakit, ringankanlah derita mereka.. jangan palingkan hati mereka dari-Mu, dan janganlah Engkau jauhi mereka. Hidupkanlah ikhlas dihati mereka agar mereka tak pernah luput mengingat-Mu, agar senantiasa mereka bersabar dan bersukur atas segala Rahmat-Mu. Ya Allah Tuhanku.. untuk jiwa-jiwa yang telah Kau peluk dengan hangat-Mu, ku mohonkan pada-Mu, tidurkanlah mereka dipangkuan-Mu..lindungilah mereka dari panasnya api siksa-Mu, hangatkanlah jiwa yang menggigil tiap-tiap malam saat kami tak bersama mereka.. dan kasihilah mereka sebagaimana Kau mengasihi semua makhluk ciptaan-Mu, karena Engkau Ar-Rahiim.. Ya Rabb .. hanya untuk kedua orangtuaku, ku mohonkan dengan segala kerendahan hati.. tak ada satupun yang menjadi hakku untuk ku akui sebagai kepunyaanku saja. Tiada satupun yang ku punya melainkan semua hanya titipan-Mu saja.. begitupun orangtuaku yang salahsatunya tengah Kau rengkuh disana. Jagalah

Demi Malam

Demi langit malam yang lengang Aku mencari bintang namun yang kutemukan hanya binatang jalang Serupa dinginnya hatimu, serupa diammu menggigil aku dibuatnya Beku buku-buku jemariku karenanya Kata-kataku gemetar ingin dituliskan Menghentak-hentak tak sabar Sedang aku masih terkapar Dibawah taburan bintang yang tak ada Bulan separuh pun remang-remang Penuh nafsu kuraba gelap Mencarimu yang terdiam entah dimana, memandangiku dengan kelu Demi langit terang yang aku rindukan Aku mencari aku dalam dirimu Dalam bingkisan diammu Dalam keheningan malammu dalam malam-malam sepimu

Money Can't Buy Us happiness

“Money can’t buy us happiness..” Uang bisa membeli kasur, tapi tak bisa membuat kita tertidur lelap.. Uang bisa membeli buku, tapi tidak bisa memberi pengetahuan Uang bisa membeli kue ulang tahun, tapi tak bisa memberi bonus umur Uang bisa membeli jam, tapi tidak bisa mengembalikan waktu Uang bisa membeli kepuasan sex, tapi tidak bisa memberikan cinta Uang bisa membeli posisi, tapi jangan harap akan ada rasa hormat Uang bisa mencetak foto, tapi takkan pernah bisa menghidupkan kenangan yg t’lah berlalu Uang bisa membeli pulsa, tapi tidak bisa menghadirkan kamu didepanku Lalu kebahagiaan seperti apa yang bisa didatangkan oleh uang?

Tengkiyuu ku buat kalian lohh :D

Terimakasih sedalam-dalamnya kpda Sensei Keniten, yang untuk pertama kalinya mengenalkan aku pada dunia tulis menulis tahun 2006 silam. yang selalu mendukung bahkan memuji setiap tulisan 4L4Y jaman SMA ku dulu..hahhaa terimakasih untuk sahabatku Ratih Astiti, kamu yang bikin aku semangat nulis dulu.. Terimakasih untuk Ayah, Ibu, Kakak, Mas Irvan, dan manis pahitnya kehidupan bersama kalian, karenanya aku selalu mendapat ide-ide segar untuk menulis. sekedar menulis. tak ada yang lainn. Terimakasih untuk kalian semua yang telah membuatku menemukan cara untuk mencurahkan unek-unek dikepala bebalku ini, hehe.. terimakasih untuk teman-teman gilaku: Lita, Mira, Helmy, Yessi, Helgha, dan semua yang tak bisa disebut satu persatu.. peluk cium buat kalian dimanapun kalian berada, #ennakkhh.. dan akhirnya, tiba waktunya saya mengakhiri latihan menulis bab dedikasi kalo buku ku beneran terbit 20th lg ini. wkkwkwkwk amin Ya Allah.. LOVE YA ALL, mmmmuuuuahhhhhhhhhh :*

Peri Cantik Itu Ibuku..

terbanglah lagi peri.. biarkan bongkahan awan putih itu membasuh lembut kedua kakimu biarkan embun memandikan hatimu yang merindukannya bebaskan sayapmu  robek angkasa raya diatas itu Jangan pikirkan lara ini lagi jangan murung lagi karena periku adalah sinarku bila kau meredup sekarang, maka habislah aku ditelan pekatnya gelap ini kau sayang padaku bukan? maka cerialah peri cantikku.. Lepaskan semua beban itu sandarkan pada langit yang selalu menunggu merdu suaramu saat melantunkan ayat-ayat suci-Nya, ayat-ayat cintamu pada Yang menciptakan segala keindahan yang ada padamu jangan menangis lagi bidadari penjaga hatiku, air matamu telah membasahi tiap puing ceriaku yang tengah kubangun lagi dengan sisa kekuatanku tatap kedalaman hatiku jika kau masih ragu, bahagiaku adalah melihatmu menari-nari pada Arsy Ilahi melagukan lagi serpih-serpih iman dikedua kupingku ingatkah ketika aku masih kecil dulu? dongengmu tentang Tuhan dan segala ciptaan-Nya terny

Anakmu Kangen, Yah..

Selintas angin bermenit lalu mengabarkan wajahmu Mengukuhkan kembali reruntuhan rindu yang baru saja berserak :rindu kamu tentunya- rindu tawamu rindu marahmu rindu hadirmu telah lama kamu pergi meninggalkan sebaris ruang hampa disini:dihatiku kutau hadirmu adalah kemungkinan yang harus kuhapus dari separuh mimpi namun angan ini tak henti merindukan hadirmu lagi dosakah aku Tuhan? Dosakah jika air mata ini mengalir seirama dengan kerinduan yang terpasung sepi ini? Dosakah bila mengangankan waktu-waktu lalu saat Ia ada disini? Bila rindu ini adalah dosa, cukupkan do'aku sebagai pengobat lara ini pelepas dahaga rindu yang teramat sangat ini karena aku tak mau membuat Ia sakit karena cintaku, karena rinduku Selimuti hati yang menggigil merindukannya ini Bila merindukannya adalah dosa, maka hukum aku dengan meringankan sedikit beban rinduku ini..

Think Again!

Kalau ada orang kembar cewek-cewek nikah sama kembar cowok-cowok, kira-kira anak mereka akan sama persis nggak ya? Kalau aku nggak dilahirkan dikeluarga ini, kira-kira siapa namaku? Aku anak siapa? Apa aku punya kakak-kakak yang sayang banget sama aku kayak kakak-kakakku sekarang? Kalau aku lahir sebagai cowok, kira-kira siapa namaku? Siapa pacarku? (:P) Kenapa air mineral kemasan tanggal kadaluarsanya lebih lama dari ale-ale? Kenapa negeri ini namanya Indonesia, bukan Indonesya atau inDownEsha? Kalau aku mati, siapa yang akan nangisin paling lama? Kalau aku tau aku akan mati satu jam lagi, apa yang akan aku lakukan untuk terakhir kalinya? Kalau dulu aku nggak lahir, kira-kira sekarang aku ada dimana? Kalau aku punya saudara kembar, namanya siapa ya? Kenapa dukun beranak kalo melahirkan mesti dibantu oranglain? Kenapa dukun nggak ada yang kaya raya? Kenapa warna item namanya item? Kok nggak putih atau kuning? Kenapa hari hitungannya Cuma ada tujuh? Padahal set

Lagu Tentangmu

#1 Mendengar lagu ini lagi, lagu cinta ini lagi Lagu yang seketika melontarkan imajiku tinggi-tinggi Tentang kamu Tentang sosok yang kubangun dalam anganku Aku tersihir pesonamu lagi Setiap hari Setiap kali kudengar lagu ini, lagi Aku berkhayal tentangmu Setiap waktu Membuat otakku buntu Dadaku penuh sesak oleh cintamu Tak ada lagi celah untuk Tuhanku Rinduku hanya untukmu Anganku hanya padamu Inginku hanya kamu Kubiarkan Tuhanku menunggu Kubiarkan jantungku berdetak dari ragu ke ragu Cinta ini Cinta yang dibawa lagu ini Membawakan kamu lagi Menghidupkan bayangmu lagi Lupa aku pada Tuhanku Hilang hasratku untuk berbincang mesra dengan Tuhanku itu Karna kamu, Karna lagu Karna aku Karna hatiku yang dungu Karena cintamu t’lah melagu dengan aku: seirama,sejauh jarakku dengan Tuhanku Wajarlah bila Ia murka padaku #

Aku Kata Yang Tak Terkatakan

Aku Kata Yang Tak Terkatakan //Mungkin hendak kau temukan aku disini Pada sajak picisan yang lemah kata-katanya: dalam menggambarkan kalimat-kalimat hati Jangankan kau: akupun terkadang tak dapat mengartikannya Aku sama tersesatnya seperti kalian dalam mencari aku dalam sajakku, dalam diriku. Namun seberapa picisan pun sajakku ini,   kesemuanya tetaplah terbentuk dengan awal sebuah kata Yang menjadi senjata. Kata-kata adalah senjata terakhirku Kata-kata selalu menguatkanku Kata-kata tak membuat aku kalah dari aku dengan keakuanku Kadang aku merasa kata adalah aku: aku adalah kata-kataku Dan ketika kurangkai semua kata-kata itu aku kemudian menjadi aku yang masih saja belum utuh: lalu kapan aku menjadi utuh? ::Aku:: Siapa aku? Kata-kata takkan cukup menggambarkan aku Aku pun belum, dan takkan bisa mencari komposisi kata yang tepat untuk membuat kalian mengenal aku lewat kata-kataku Ternyata aku bukanlah kata-kataku. Karena kata tak

Untuk Yang Sudah Dewasa

Dewasa itu pilihan. Kita bebas memilih untuk menjadi dewasa atau tidak. Dewasa itu kebutuhan. Kita bisa menjadi dewasa ketika kita membutuhkannya. Dewasa itu HARUS. Kita diharuskan menjadi dewasa pada saat-saat yang memang membutuhkan kedewasaan kita. Dewasa itu adalah komitmen antara aku kecil, dan aku sekarang ini....  *** Bocah kecil berambut ikal itu masih duduk dengan setia, menanti hujan menuntaskan sisa tetes terakhir airnya. Bibirnya sedikit biru, seharian mengulum manisnya dingin dengan selembar baju lusuh yang melekat ditubuh mungilnya. Bersama detik jarum jam dinding dan sepi yang menari-nari, angannya melengkungkan sebias pelangi dilangit muram sore itu. Kau bocah, bermimpi menjadi dewasa ketika masih terlalu banyak sisa waktu untukmu menikmati manisnya masa kanak-kanak. Soremu yang mendung seketika cerah ketika kau bayangkan sosok dewasa dalam benakmu melengang anggun, cantik tak bercela. Imajinasi mengantarkanmu pada janji-janji kedewasaan semu dalam persepsimu

Biar Diam Yang Bicara

Biar Diam Yang Bicara.. Senja baru saja menetas dibibir pantai. Menggiring burung-burung gereja berarak-arak pulang, bergandeng-gandengan. Riuh celoteh mereka tak membuyarkan lamunanku. Anganku terbang pada satu titik disuatu hari dimasa kanak-kanakku. Seperti berputar-putar dilorong waktu, kutemukan diriku dengan tubuh lebih kecil dan gigi-gigi yang tak utuh. Ompong disana-sini. Seperti biasa, Aku kecil sore itu hanya dapat memandangi punggung tegap yang membelakangiku. Sibuk dengan selembar koran, menyeruput kopi mengacuhkanku. Pun dihari-hari berikutnya, Aku kecil begitu setia menemani sorenya dengan diam. Duduk diantara sepi yang menari-nari. Tanpa suara, aku begitu mencintainya. Tahun pun beranjak dari masa itu. Masih disore yang sama, kupandangi punggung kekar itu dengan tatapan sayu. Rindu hati yang merayu untuk bercengkrama dengannya urung dengan niatannya. Ia terlalu kaku untuk ku sentuh dengan sapaan sayangku. Terlebih mengecup pipinya, apalagi duduk dipangkuannya

Yang Tak Bisa Disebut Satu-Persatu...

Leeta, Miira & Inaz Helmy ..... Thanks Malang, thanks Leeta, Mira,.Helmy,. and all of u, for the sweetest memories.. for never let me down,. You guys are the most precious gift from God to me. I Love u all, as always.. :*

HEy, Kamu!

Hey, Kamu! T’lah banyak lagu kuciptakan untukmu. Pun, entah beribu puisi ku tuliskan dengan menyebut namamu. Hanya puisi tak berima dari sekepal larik kerinduan yang tak pernah jadi sempurna, takkan sempurna tanpa kehadiranmu. Detik waktu hanya masalah angka yang ditarikan oleh sebilah jarum. Berdetik seirama dengan tiap detak jantungku yang mulai menghitung kerinduan ini sejak pertama tak ku jumpai wajah itu lagi. Akh, waktu semakin memupuk subur hasratku untuk menemuimu dalam rupa. Bukan sekedar angan, bukan kenangan. Bukan sekedar membayangkan, aku ingin merasakan. Bukan sekedar menunggu, yang aku inginkan hanya kamu. Tapi keterbatasan kata takkan cukup mewakili kerinduan ini. Harus dengan cara apa kusampaikan padamu? Kini rinduku terhenti diujung kata-kataku sendiri. Takkan cukup bila sekedar kukatakan ”aku merindukanmu”. Karena rindu ini lebih dari sekedar itu. Namun kamu tak pernah tau. Takkan pernah tau. .... Malang, 17 Juli 2012  9.54 PM

Maghrib-Mu

Ku rasa sepi Maghrib-ku kini sunyi Saat tiada lagi do’a yag kau panjatkan, Untuk kau perdengarkan Untuk dapat kuhayati Untuk dapat ku amin-i Heningkah yang kau rasa kini? Dinginkah yang temanimu kini? Tergetar hatiku saat kudengar Adzan Terngiang syahdu suaramu lewat Adzan yang kau kumandangkan Bersama lafadz suci-Nya Yang mengalun mengiringi senja yang merangkak ke peraduannya Aku mengingatmu ketika adzan maghrib tiba Aku merindukanmu di tiap Adzan magrib saat senja Aki mencintaimu dari maghrib hari ini, pun diwaktu maghrib seterusnya Ayah.

Insomnia

mataku masih terbuka sedang malam kian garang menebarkan pekat gelapnya apa gerangan yang membuatku terjaga? Aku bertanya, dan tak kutemui jawabnya Kuarungi malamku dengan perahu kayu Yang kian rapuh Diterjang gelisahku, Dan badai ketakutanku Nanar kupandang hamparan hitam diatas sana Tak ku temu bintang, pun bulan Ku berlayar tanpa tau dimana ’kan kulabuhkan perahuku Sedang malam kian larut Kian dingin Kian sepi Apa gerangan yang membuatku tetap terjaga? Ku kayuh perahuku semakin bernafsu Arungi malam yang tak kenal kasihan Ku kayuh saja perahuku Agar ku lelah Dan jatuh terlelap dalam buaian kasih sang malam Bali, November 2007  01.09am

Kuasa Malam

Kuasa Malam Permadani t’lah digelar dipelataran bumi beralaskan ilalang. Tidak indah, melainkan gersang. Belum lagi pelita dinyalakan, angin sudah datang padamkan semuanya. Ini saatnya malam duduk di singgasananya. Jangan ada pelita, jangan ada penerangan. Biarkan malam merangkul bumi dengan kemilau gelapnya. Biarkan tubuh-tubuh kita telanjang digerayangi dan digeliati kesepian. Apa lagi yang bisa aku, kau, lakukan etika malam membungkam kita dalam diamnya? Kunci rapat-rapat mulutmu! Jangan ada suara, jangan ada tawa. Biarkan malam berbicara. Biarkan angin yang bersuara. Bumi t’lah sepenuhnya hitam. Semuanya nampak kelam. Disini dingin dan sepi. Tak ku temu siapapun, tak kuraih apapun. Hanya tubuh-tubuh telanjang, berlari-lari tanpa alas kaki diatas permadani ilalang. Dibawah naungan kaki-kaki sang malam. Apa algi yang bisa aku, kau, lakukan? Tidak! Tak ada yang bisa kita lakukan. Disini, saat ini, segalanya adalah kepunyaan malam. Karena saat ini adalah waktu milik sang mala

Suara Hening

Aku benci suara itu Suara hening yang begitu bising Suara yang tak ingin ku dengar Tak ingin ku dengar Ku sumbat saja kudua kupingku Agar tak lagi dapat kudengar suara Suara hening yang begitu bising Jangkrik mengerik Air bergemericik Langkah kaki berderap-derap Akh! BERISIK!!! Tapi hening Kembali hening Lebih berisik Lebih bising Bicaralah! Berteriaklah! Agar kudengar suaramu Dan bukan suara hening bergaung dikupingku Tertawalah! Menangislah! Agar kudengar suara Suara hatiku, Suara hatiku yang sendirian... Bali, 16 Juni 2007   22.43pm

Cinta Semu

Dengarlah hati berbisik lirih Demi sejumput rindu yang tersemat di kalbu Gelisah, marah, dan gundah Bergejolak Membuncah Tumpah BAH! Persetan dengan semua ini Pergi saja bawa semua ceritamu Jika tawa tak lagi dapat kau sisakan Melainkan luka yang kau tancap begitu dalam SUMPAH! Demi hati yang t’lah kau curi Tak ada lagi ruang yang tersisa untukmu Bilik hatiku t’lah penuh sesak oleh kenangan palsu Aku malu! Pada diriku, terlebih hatiku Putihnya yang tak terjamah kini kelabu Oleh lagu rindu yang mengalun pilu Benarkah cinta yang kau bawa singgah dalam hidupku? Bukannya nafsu manusiamu yang selalu menguasaimu?! Sumpah… demi aku yang terlalu menyayangimu, Aku masih inginkanmu disisiku... Bali, 2006

Jejak Kepastian

Seakan tak dapat dibendung lagi Hasrat ’tuk mencari dan terus mencari Langkah kaki tiada tentu arah Berpijak di Bumi yang kian goyah Kemana lagi harus kucari? Sedang dada kian sesak Lelah walau hanya untuk melangkah Sedang tak satupun jejak yang nampak Hanya harapan yanag temani perjalananku Dan harapan ini pula yang sellau menyiksaku Ingin kuhentikan saja pencarian ini! Ingin ku mengkafani semua harapan ang ku punya Dan membiarkan angin menghempaskanku dalam kesia-siaan Haruskah aku pulang tanpa sebuah kepastian? Kemudian hidup lagi dalam titian penuh keragu-raguan Dan tersiksa oleh belenggu kebimbangan? Tiadakah sebuah jejak sebagai penunjuk jalan? Agar aku bisa tenang Sampai akhir penghabisan Jejak kepastian itu.. Karangasem, 2005

I Miss You

Malam datang lagi Bersama dingin dan sepi Memaksa untuk menemaniku yang masih sendiri, Tanpamu disini Kurasa hampa Kupeluk sepi dan menangis Dalam diam yang terdalam Kugapai bayangmu Yang melintasi ruang hampa dihatiku Kutau kau ada, namun tak ada Kuharap kau nyata, namun tiada Jangan kau siksa aku seperti ini Aku hanya tak mampu jika tanpamu Jika malam menghampiriku nanti Datanglah, Jangan biarkan sepi ini memelukku lagi Kutau kau ada dalam bilik rinduku Namun tiada dalam ruang nyataku I miss You..